1. Al-Fatihah Adalah Ummul Kitab, Ummul Qur’an, As-Sab’ul Matsaani dan Al-Qur’anul Azhim
وَلَقَدْ ءَاتَيْنَٰكَ سَبْعًا مِّنَ ٱلْمَثَانِى وَٱلْقُرْءَانَ ٱلْعَظِيمَ
“Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan al-Qur’an yang agung. ” (QS. Al-Hijr: 87)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ أُمُّ الْقُرْآنِ وَأُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Alhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin (surat al-Fatihah) adalah induknya al-Qur’an, induknya al-Kitab, dan as-Sab’ul Matsaani (tujuh ayat yang diulang-ulang)” (Abu Dawud No. 1457, HR. Tirmidzi No. 3124 dan beliau berkata ‘Hadits hasan shahih‘, Syaikh al-Albani dan Syaikh Zubair ‘Ali Zai berkata ‘Shahih’)
Dalam redaksi Imam al-Bukhari:
أُمُّ الْقُرْآنِ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ
“Ummul Qur’an (surat al-Fatihah) adalah as-Sab’ul Matsaani dan al-Qur’an yang Agung.” (HR. al-Bukhari No. 4704)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَعَوَّذُ مِنْ الْجَانِّ وَعَيْنِ الْإِنْسَانِ حَتَّى نَزَلَتْ الْمُعَوِّذَتَانِ فَلَمَّا نَزَلَتَا أَخَذَ بِهِمَا وَتَرَكَ مَا سِوَاهُمَا
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu berlindung dari jin dan ‘ain (mata hasad manusia), sampai turun dua mu’awwidzataan (al-Falaq dan an-Naas). Ketika keduanya turun, beliau mengambil keduanya dan meninggalkan yang lainnya. (HR. Tirmidzi No. 2058, an-Nasa’i No. 5494 dan Ibnu Majah No. 3511, Imam at-Tirmidzi berkata ‘Hasan gharib’, Syaikh al-Albani men-shahih-kannya)
2. Al-Fatihah Adalah Surat yang Paling Agung Dalam al-Qu’ran
Dalam hadits Abu Sa’id bin al-Mu’alla radhiyallahu ‘anhu ia berkata:
ثُمَّ قَالَ لِي: لَأُعَلِّمَنَّكَ سُورَةً هِيَ أَعْظَمُ السُّوَرِ فِي الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنْ الْمَسْجِدِ، ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِي فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ قُلْتُ لَهُ: أَلَمْ تَقُلْ لَأُعَلِّمَنَّكَ سُورَةً هِيَ أَعْظَمُ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ؟ قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ
Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadaku: “Sungguh, saya akan mengajarimu tentang surat yang paling agung yang terdapat di dalam al-Qur’an sebelum kamu keluar dari Masjid.” Kemudian beliau memegang tanganku, dan saat beliau hendak keluar Masjid, saya pun berkata: “Bukankah engkau telah berkata: ‘Saya akan mengajarimu surat yang paling agung yang terdapat dalam al-Qur’an?” Beliau bersabda: Alhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin (surat al-Fatihah), ia adalah as-Sab’ul Matsani, dan al-Qur’an al-Azhim yang telah diwahyukan kepadaku.” (HR. al-Bukhari No. 4474 dan 5006)
3. Tidak Sah Shalat, Tanpa Membaca Al-Fatihah
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
Dari Ubadah bin ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu dia berkata: bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada shalat seseorang yang tidak membaca Faatihatul Kitaab.” (HR. al-Bukhari No. 756, Muslim No. 394)
4. Al-Fatihah dan Akhir Surat Al-Baqarah Adalah Dua Cahaya
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: بَيْنَمَا جِبْرِيلُ قَاعِدٌ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ نَقِيضًا مِنْ فَوْقِهِ فَرَفَعَ رَأْسَهُ، فَقَالَ: هَذَا بَابٌ مِنْ السَّمَاءِ فُتِحَ الْيَوْمَ لَمْ يُفْتَحْ قَطُّ إِلَّا الْيَوْمَ، فَنَزَلَ مِنْهُ مَلَكٌ، فَقَالَ: هَذَا مَلَكٌ نَزَلَ إِلَى الْأَرْضِ لَمْ يَنْزِلْ قَطُّ إِلَّا الْيَوْمَ، فَسَلَّمَ، وَقَالَ: أَبْشِرْ بِنُورَيْنِ أُوتِيتَهُمَا لَمْ يُؤْتَهُمَا نَبِيٌّ قَبْلَكَ فَاتِحَةُ الْكِتَابِ وَخَوَاتِيمُ سُورَةِ الْبَقَرَةِ لَنْ تَقْرَأَ بِحَرْفٍ مِنْهُمَا إِلَّا أُعْطِيتَهُ
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma ia berkata: Ketika malaikat Jibril sedang duduk di samping Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba-tiba ia mendengar suara pintu dibuka dari arah atas kepalanya. Lalu malaikat Jibril berkata: “Itu adalah suara salah satu pintu langit yang dibuka, sebelumnya ia belum pernah dibuka sama sekali kecuali pada hari ini.” Lalu keluarlah daripadanya malaikat. Jibril berkata: “Ini adalah malaikat yang hendak turun ke bumi, sebelumnya ia belum pernah turun ke bumi sama sekali kecuali pada hari ini saja.” Lalu ia memberi salam dan berkata: “Bergembiralah atas dua cahaya yang diberikan kepadamu dan belum pernah diberikan kepada seorang Nabi-pun sebelummu, yaitu Pembuka al-Kitab (surat al-Fatihah) dan penutup surat al-Baqarah. Tidaklah kamu membaca satu huruf dari keduanya kecuali pasti akan diberikan kepadamu.” (HR. Muslim No. 806)
5. Al-Fatihah Allah Peruntukkan Untuk Allah dan Hamba-Nya
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ : {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ} قَالَ: مَجَّدَنِي عَبْدِي، وَقَالَ مَرَّةً: فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي، فَإِذَا قَالَ: {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} قَالَ: هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ: {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} قَالَ: هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Allah Ta’ala berfirman: ‘Aku membagi shalat antara Aku dengan hamba-Ku dua bagian, dan hambaku mendapatkan apa yang dia minta. Apabila seorang hamba berkata: ‘Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.’ Maka Allah berfirman: ‘Hamba-Ku memuji-Ku.’ Apabila hamba tersebut mengucapkan: ‘Yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang.’ Allah berfirman: Hamba-Ku telah menyanjung-Ku. Apabila hamba tersebut mengucapkan: ‘Pemilik hari pembalasan.’ Allah berfirman: ‘Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku.’ Selanjutnya Dia berfirman: ‘Hamba-Ku menyerahkan urusannya kepada-Ku.’ Apabila hamba tersebut mengucapkan: ‘Hanya kepada-Mu-lah aku menyembah dan hanya kepada-Mu-lah aku memohon pertolongan.’ Allah berfirman: ‘Ini adalah antara Aku dengan hamba-Ku. Dan hamba-Ku mendapatkan apa yang dia minta’. Apabila hamba tersebut mengucapkan: ‘Berilah kami petunjuk jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula orang-orang yang sesat.’ Allah berfirman: ‘Ini untuk hamba-Ku, dan hamba-Ku mendapatkan apa yang dia minta’.” (HR. Muslim No. 395)
6. Meruqyah Dengan Bacaan al-Fatihah
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: انْطَلَقَ نَفَرٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفْرَةٍ سَافَرُوهَا حَتَّى نَزَلُوا عَلَى حَيٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوهُمْ فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمْ فَلُدِغَ سَيِّدُ ذَلِكَ الْحَيِّ فَسَعَوْا لَهُ بِكُلِّ شَيْءٍ لَا يَنْفَعُهُ شَيْءٌ فَقَالَ بَعْضُهُمْ لَوْ أَتَيْتُمْ هَؤُلَاءِ الرَّهْطَ الَّذِينَ نَزَلُوا لَعَلَّهُ أَنْ يَكُونَ عِنْدَ بَعْضِهِمْ شَيْءٌ فَأَتَوْهُمْ فَقَالُوا يَا أَيُّهَا الرَّهْطُ إِنَّ سَيِّدَنَا لُدِغَ وَسَعَيْنَا لَهُ بِكُلِّ شَيْءٍ لَا يَنْفَعُهُ فَهَلْ عِنْدَ أَحَدٍ مِنْكُمْ مِنْ شَيْءٍ فَقَالَ بَعْضُهُمْ نَعَمْ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَرْقِي وَلَكِنْ وَاللَّهِ لَقَدْ اسْتَضَفْنَاكُمْ فَلَمْ تُضَيِّفُونَا فَمَا أَنَا بِرَاقٍ لَكُمْ حَتَّى تَجْعَلُوا لَنَا جُعْلًا فَصَالَحُوهُمْ عَلَى قَطِيعٍ مِنْ الْغَنَمِ فَانْطَلَقَ يَتْفِلُ عَلَيْهِ وَيَقْرَأُ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ فَكَأَنَّمَا نُشِطَ مِنْ عِقَالٍ فَانْطَلَقَ يَمْشِي وَمَا بِهِ قَلَبَةٌ قَالَ فَأَوْفَوْهُمْ جُعْلَهُمْ الَّذِي صَالَحُوهُمْ عَلَيْهِ فَقَالَ بَعْضُهُمْ اقْسِمُوا فَقَالَ الَّذِي رَقَى لَا تَفْعَلُوا حَتَّى نَأْتِيَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَذْكُرَ لَهُ الَّذِي كَانَ فَنَنْظُرَ مَا يَأْمُرُنَا فَقَدِمُوا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرُوا لَهُ فَقَالَ وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ ثُمَّ قَالَ قَدْ أَصَبْتُمْ اقْسِمُوا وَاضْرِبُوا لِي مَعَكُمْ سَهْمًا فَضَحِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: “Sekelompok sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berangkat dalam suatu perjalanan. Hingga akhirnya mereka singgah di salah satu perkampungan Arab, mereka minta untuk dijamu, tetapi penduduk kampung itu tidak mau menjamu mereka. Lalu pemimpin kampung itu digigit binatang berbisa. Mereka berusaha dengan segala upaya (untuk menyembuhkannya), tetapi tidak berhasil. Sebagian mereka berkata: ‘Bagaimana jika kalian mendatangi rombongan yang singgah di tempat kita, barangkali ada salah seorang di antara mereka yang dapat menolong’. Maka mereka mendatangi rombongan sahabat dan berkata: ‘Wahai anggota rombongan! Sesungguhnya pemimpin kami digigit binatang berbisa, dan kami telah berusaha dengan segala upaya (untuk menyembuhkannya) tetapi tidak berhasil. Apakah ada salah seorang di antara kalian yang dapat menolong?’ Sebagian mereka berkata: ‘Ya, Demi Allah! Sesungguhnya aku bisa mengobatinya (meruqyah), akan tetapi -demi Allah- kami telah minta dijamu namun kalian tidak mau menjamu kami, sungguh aku tidak akan melakukannya hingga kamu menetapkan upah bagi kami’. Maka penduduk di tempat itu sepakat dengan mereka untuk memberikan domba (kambing) dalam jumlah tertentu. Lalu sahabat tersebut berangkat [untuk mengobatinya] dan menyemburkan sedikit ludah (kepada yang sakit) seraya membaca Alhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin (surat al-Fatihah). Seakan-akan pemimpin itu terlepas dari ikatan, dia bergerak dan berjalan dan sakit pun hilang.” Dia berkata: “Maka penduduk di tempat itu memberikan upah yang disepakati. Sebagian sahabat berkata: ‘Bagikanlah!’ Orang yang mengobati berkata: ‘Jangan kalian lakukan hingga kita mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu kita menceritakan apa yang terjadi dan kita menunggu apa yang beliau perintahkan kepada kita’. Mereka datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan menceritakan kejadian itu. Beliau bersabda: ‘Apakah yang membuatmu tahu bahwa itu (surat al-Fatihah) adalah ruqyah?’. Kemudian beliau bersabda: ‘Kalian benar, bagi-bagilah di antara kalian dan berilah aku sebagian’, lantas Nabi pun tertawa.”. (HR. al-Bukhari No. 2276, 5007, 5736, 5749, Muslim No. 2201 dan selain keduanya)
عَنْ خَارِجَةَ بْنِ الصَّلْتِ التَّمِيمِيِّ عَنْ عَمِّهِ: أَنَّهُ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْلَمَ ثُمَّ أَقْبَلَ رَاجِعًا مِنْ عِنْدِهِ فَمَرَّ عَلَى قَوْمٍ عِنْدَهُمْ رَجُلٌ مَجْنُونٌ مُوثَقٌ بِالْحَدِيدِ فَقَالَ أَهْلُهُ إِنَّا حُدِّثْنَا أَنَّ صَاحِبَكُمْ هَذَا قَدْ جَاءَ بِخَيْرٍ فَهَلْ عِنْدَكَ شَيْءٌ تُدَاوِيهِ فَرَقَيْتُهُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَبَرَأَ فَأَعْطَوْنِي مِائَةَ شَاةٍ فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرْتُهُ فَقَالَ هَلْ إِلَّا هَذَا وَقَالَ مُسَدَّدٌ فِي مَوْضِعٍ آخَرَ هَلْ قُلْتَ غَيْرَ هَذَا قُلْتُ لَا قَالَ خُذْهَا فَلَعَمْرِي لَمَنْ أَكَلَ بِرُقْيَةِ بَاطِلٍ لَقَدْ أَكَلْتَ بِرُقْيَةِ حَقٍّ
Dari Kharijah bin ash-Shalt at-Tamimi, dari pamannya radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: “Aku menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan menyatakan diri masuk Islam, kemudian aku kembali pulang (setelah Rasulullah menerima Islamnya). Ketika dalam perjalanan pulang, aku melewati sekelompok kaum yang salah seorang di antara mereka sakit gila dan dipasung dengan menggunakan besi. Penduduk setempat berkata: “Kami diberitahukan bahwa saudara kalian ini (paman Kharijah) datang dengan membawa kebaikan, apakah kamu mempunyai obat yang dapat menyembuhkannya?” Aku lalu meruqyahnya dengan surah al-Faatihah, dia pun sembuh.” Mereka kemudian memberiku seratus ekor kambing. Setelah itu aku menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memberitahukan hal itu. Beliau kemudian bersabda, “Apakah hanya itu yang kamu katakan?” —Musaddad berkata dalam riwayat lain, “Apakah kamu mengatakan hal lain selain itu (al-Fatihah)!— Aku menjawab, “Tidak.” Beliau pun bersabda: “Ambillah. Banyak orang yang makan penghasilan dari ruqyah yang batil dan menyesatkan, namun kamu telah makan penghasilan dari hasil ruqyah yang haq.”
Dalam riwayat lain:
لَفَرَقَاهُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ غُدْوَةً وَعَشِيَّةً كُلَّمَا خَتَمَهَا جَمَعَ بُزَاقَهُ ثُمَّ تَفَلَ فَكَأَنَّمَا أُنْشِطَ مِنْ عِقَالٍ فَأَعْطَوْهُ شَيْئًا
Kemudian ia menjampi orang tersebut menggunakan Surat al-Fatihah selama tiga hari pagi dan sore, setiap kali dia mengumpulkan ludahnya kemudian meludahkannya (kepada orang sakit). Maka orang tersebut seolah-olah telah terbebas dari ikatan (sembuh), kemudian mereka memberinya sesuatu. (HR. Abu Dawud No. 3896-3897, Syaikh al-Albani berkata ‘Shahih’, Syaikh Zubair ‘Ali Zai berkata ‘Isnadnya hasan’).
Download untuk membaca selangkapnya:
mirror