Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih kepada semua makhluknya, Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad صلى الله عليه وسلم, keluarga dan sahabatnya dan yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.
Imam Ibnu Jarir asy-Syafi’i rahimahullah sudah merupakan sosok yang amat dikenal oleh umat Islam sebagai pakar ilmu tafsir, bahkan predikat sebagai imam para ahli tafsir melekat pada beliau.
Beliau adalah Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir Abu Ja’far ath-Thabari. Berasal dari Amul, sebuah kota terbesar di wilayah Thabaristan. Dilahirkan pada tahun 224 H
Ada banyak Ulama yang menjadi tempat beliau mendalami ilmu syar’i. Sebut saja, Ahmad bin Mani’, Muhammad bin al-Mustanna, Bundar, ‘Amr bin ‘Ali al-Fallas, Ya’qub ad-Dauraqi, dan Ulama lainnya yang berasal dari negeri Syam, Irak dan Mesir.
Al-Imam Al-Khathib al-Baghdadi (wafat tahun 463 H) dalam kitab Tarikh Baghdad menyatakan “Ath-Thabari adalah seorang ulama paling terkemuka yang pernyataannya sangat diperhitungkan dan pendapatnya dijadikan sandaran, karena keluasan pengetahuan dan kelebihannya. la menguasai berbagai disiplin ilmu yang tidak ada seorang pun yang menyamainya di masa itu”.
Adz-Dzahabi rahimahullah menyanjungnya dengan berkata, “(lbnu Jarir) seorang yang tsiqah (terpercaya), benar, seorang hafizh, pemimpin dalam ilmu tafsir, imam panutan dalam bidang fikih, ijma’ dan perbedaan pendapat, ahli yang berilmu luas dalam bidang tarikh dan sejarah hidup manusia, menguasai ilmu qira’ah dan bahasa (Arab)”.
Beliau adalah pakar dalam berbagai disiplin ilmu dan ia dikenal bermadzhab Syafi’i, dengan tulisannya diketahui pandangan beliau bahwa beliau berdiri pada madzhab ahlus sunnah. Beliau bersikap tegas kepada sekte Syi’ah yang menghina dan mengakafirkan sahabat terutama Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma, suatu ketika, terjadi perbincangan antara Ibnu Jarir dan Ibnu Shalih al-A’lam tentang ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Kemudian Ibnu Jarir bertanya kepada Ibnu Shalih al-A’lam, “Orang yang berkata Abu Bakar dan Umar bukanlah imam panutan dalam kebaikan, menurutmu, ia bagaimana?”. la menjawab, “Seorang ahli bid’ah”. Mendengar itu, Ibnu Jarir berkata untuk meluruskan jawaban tersebut, “Hanya disebut ahli bid’ah, hanya disebut ahli bid’ah?!. Orang itu dihukum bunuh”.
Semoga kita menjadi seorang muslim yang mengagungkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mencintai ahlut bait beliau dan para sahabatnya, amin…
Download: