الْحَمْدُ لِلّهِ أَحَقُّ مَنْ ذُكِرَ وَأَوْلَى مَنْ شُكِرَ وَعَلَيْهِ أُثْنِي الْوَاحِدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَيْسَ لَهُ صَاحِبَةٌ وَلاَ وَلَد جَلَّ عَنِ الْمَثِيْلِ فَلاَ شَبِيْهَ لَهُ وَلاَ عَدِيْلَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ الْعَلِيْمُ الْخَبِيْرُ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رُسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَـــعـــــيْـــنْ…أَمَّ بَعْدُ:
Sesungguhnya dalam suatu ibadah termasuk ibadah haji seorang muslim mestilah melaksanakannya dengan baik sesuai tuntunan syari’at, berikut ini adalah delapan wasiat/pesan/nasehat Syaikh Abdullah bin Shalih al-Fauzan bagi Jam’ah yang akan berhaji dan umrah. Dilaman muka ini kami sebutkan satu nasehat saja yakni ::Benar-benar Memanfaatkan Waktu:: karena kita melihat fenomena banyaknya jama’ah yang seakan berwisata saja dan sibuk ber-foto dan ber-selfie-ria, syaikh berkata:
“Seorang muslim harus benar-benar bisa memanfaatkan waktu-waktunya dan menghabiskannya untuk berbuat keta’atan kepada Allah Ta’ala, baik dalam bentuk shalat, tilawah al-Qur`an, berdzikir, membaca buku-buku yang bermanfaat, menuntut ilmu, dan disempurnakan dengan mencari sahabat yang shalih. Karena sesungguhnya seorang yang berhaji tidaklah meninggalkan negeri dan keluarganya melainkan untuk mengejar ganjaran dan pahala, dan ia berharap dapat pulang dengan memperoleh pengampunan dari Allah Ta’ala akan dosa-dosanya. Maka lazim baginya untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang utama ini di tempat-tempat yang suci dengan sebenar-benarnya. Berhati-hati dari sikap menyia-nyiakan waktu dalam hal yang tidak berguna, dan menjauhkan diri dari segala perbuatan maksiat dan dosa sepanjang waktunya. Di tempat-tempat yang utama dan waktu-waktu yang berharga menjadikan at-tabi’ah (mengikuti nabi) lebih besar lagi ganjarannya. Dan terkadang pelaksanaan ketaatan dapat terkontaminasi, berakibat berkurangnya pahala”.