الحمد لله رب العالمين. وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله :وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين، أَمَّا بَعْدُ:
Allah dan rasul-Nya telah memuliakan para sahabat, Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang terdahulu lagi pertama-tama masuk Islam dari kalangan orang-orang Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Alloh ridho kepada mereka dan mereka pun ridho kepada Alloh. Alloh menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. at-Taubah [9]: 100)
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
Sebaik-baik manusia adalah pada masaku, kemudian orang yang setelahnya dan yang setelahnya. (HR. Bukhori: 2652)
لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ
“Janganlah kalian mencela para sahabatku. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, andaikan salah seorang di antara kalian menyedekahkan emas sebesar gunung Uhud, niscaya tidak sampai satu mud salah seorang di antara mereka, tidak pula setengahnya.” (HR. Bukhori: 3673, Muslim: 2541)
Karena kemulian mereka, maka kaum muslimin harus memperhatikan adab kepada mereka, sesungguhnya para imam Ahlus Sunnah selalu memasukkan kecintaan kepada para sahabat sebagai pokok keyakinan (aqidah) ahlus sunnah; selamat menyimak…