DIBALIK MUSIBAH DI MASJIDIL HARAM
Tajuk Majalah As-Sunnah, Ed. 06, Th XIX_1436 H/ 2015 M
Terkejut dan sedih, itulah respon spontan setiap orang kala mendengar ada musibah melanda suatu tempat. Terlebih jika yang terdampak musibah tidak sedikit, misalnya, banyak harta dan nyawa hilang. Termasuk musibah yang Allah Azza wa Jalla taqdirkan terjadi di tanah suci Mekah, dekat Baitullah al-atiq Ka’bah, saat tempat itu dibanjiri lautan manusia dari seluruh penjuru dunia. Perubahan cuaca yang ekstrim kala itu, tidak menghalangi niat dan kekhusyu’an mereka untuk menjalankan ibadah kepada Allah Azza wa Jalla di tempat yang diidamkan-idamkan seluruh kaum Muslimin. Saat itulah, di hari yang mulia yaitu hari Jum’at, di tempat yang mulia dan dalam kondisi yang mulia pula, Allah Azza wa Jalla menjalankan taqdir-Nya. Musibah itu terjadi dan menelan korban lebih dari seratus orang.
Keluarga yang kehilangan anggotanya pasti didera rasa sedih. Bukan hanya mereka yang bersedih, seluruh kaum Muslimin pun ikut bersedih. Namun apakah kita akan membiarkan diri kita terus murung terbawa kesedihan? Marilah kita memperhatikan dan merenungi apa yang dikatakan oleh Syaikh Sulaiman ar-Ruhaili hafizhahullah, seorang ulama ahli Ushul dan sekaligus Faqih terkait musibah di pusat kiblat kaum Muslimin itu dan korbannya. Beliau hafizhahullah mengatakan bahwa ada beberapa hal yang membuat kita tabah berkenaan dengan saudara-saudara kita yang meninggal dalam musibah di Masjidil Haram:
- Allah Azza wa Jalla menghimpun beberapa kemuliaan dalam peristiwa wafat mereka yaitu kemuliaan waktu, kemuliaan tempat, dan kemuliaan keadaan mereka.
- Kemulyaan waktu karena mereka meninggal pada hari Jumat.
- Kemulyaan tempat karena mereka meninggal di dekat Ka’bah, di Masjidil Haram yang merupakan masjid terbaik di dunia.
- Kemulyaan keadaan karena di antara mereka ada yang sedang berihram, ada yang sedang beribadah, ada yang sedang bersimpuh berdoa kepada Allah Azza wa Jalla, ada yang sedang membaca al-Qur’an, ada yang baru selesai ibadah thawaf dan lain sebagainya.
- Mereka meninggal di hari Jum’at. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ
Tidak seorang Muslim pun yang meninggal pada hari Jumat atau malam Jumat kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah kubur. (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi. Hadits ini dinilai hasan atau shahih oleh Syaikh al-Albani.)
- Mereka meninggal di negeri rantau. Diriwayatkan bahwa dizaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ada seorang lelaki meninggal dunia di Madinah, bumi kelahirannya. Rasulullah menshalati orang itu, kemudian Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَا لَيْتَهُ مَاتَ بِغَيْرِ مَوْلِدِهِ، قَالُوا: وَلِمَ ذَاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا مَاتَ بِغَيْرِ مَوْلِدِهِ قِيسَ لَهُ مِنْ مَوْلِدِهِ إِلَى مُنْقَطَعِ أَثَرِهِ فِي الْجَنَّةِ
“Andai saja ia meninggal bukan di tanah kelahirannya” Seseorang bertanya, “Mengapa demikian wahai Rasulullah?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sesungguhnya bila seseorang meninggal dunia bukan di bumi kelahirannya, maka akan diukur untuknya dari tempat kelahirannya hingga tempat terputusnya ajal dirinya di surga.” (HR. An-Nasa’i dan Ibnu Majah. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani rahimahullah)
Artinya dia akan mendapatkan tempat di surga seluas jarak antara tempat kelahirannya dengan tempat wafatnya.
- Mereka meninggal di bawah reruntuhan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menyebutkan tujuh golongan syuhada (orang yang mati syahid) diluar yang terbunuh dalam peperangan, diantara yang Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan:
وَالَّذِي يَمُوتُ تَحْتَ الْهَدْمِ شَهِيدٌ
Dan orang yang meninggal di bawah reruntuhan adalah syahid (HR. Abu Daud dan hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah)
Semoga kaum Muslimin yang menjadi korban dicatat oleh Allah Azza wa Jalla sebagai orang-orang yang mati syahid.
- Mereka wafat saat sedang menunaikan ibadah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang orang yang terlempar dari untanya sedang berihram:
فَإِنَّهُ يُبْعَثُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُلَبِّيًا
Sesungguhnya ia akan dibangkitkan pada hari Kiamat dalam keadaan mengucapkan talbiyah (Muttafaq alaih)
Semoga Allah Azza wa Jalla menganugerahi husnul khatimah kepada mereka dan kepada kita.[]
Download: