Nama eBook: Antara Berhala dan Kuburan Wali
Penulis: Ustadz Abdurrohman al-Buthoni حفظه الله
Pengantar:
Sesungguhnya segala pujian itu hanya milik Allah Ta’ala, kita memuji, minta pertolongan dan ampunan kepada-Nya, dan kita berlindung dari keburukan diri-diri kita dan dari kejelekan amalan-amalan kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh-Nya maka dialah orang yang telah mendapat petunjuk dan barangsiapa disesatkan maka tidak ada petunjuk baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Illah yang berhak untuk diibadahi dengan benar kecuali hanya Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Aku juga bersaksi bahwasannya Muhammad adalah seorang hamba dan rasul-Nya.
Allah Azza wa Jalla berfirman tentang perkataan para tokoh kaum Nabi Nuh:
وَقَالُوا لا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلا سُوَاعًا وَلا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا
Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kalian tinggalkan tuhan-tuhan kalian dan jangan tinggalkan Wadd, Suwa’, Yagus, Ya’uq, dan Nasr.” (QS Nuh [71]: 23)
Berkata Sahabat yang mulia Ibnu ‘Abbas رضي الله عنهما “Itu [Wadd, Suwa’, Yagus, Ya’uq, dan Nasr] adalah nama orang-orang saleh pada zaman Nabi Nuh عليه السلام. Tatkala mereka meninggal dunia maka setan mewahyukan kepada pengikut mereka agar memberi tanda dan nama pada majelis-majelis mereka supaya dikenang, dan ketika generasi tersebut meninggal dunia dan ilmu hilang maka diibadahi.
Dalam ayat diatas terdapat pelajaran, di antaranya:
- Mereka menyebut kuburan wali sebagai tuhan yang disembah, oleh karenanya mereka menyeru untuk istiqamah di atasnya tidak meninggalkannya.
- Seruan mereka atas reaksi dan pengingkaran terhadap dakwah Nabi Nuh عليه السلام yang mengajak kepada tauhid dan ibadah hanya kepada Allah saja dan yang mengilhamkan seruan ini adalah setan terkutuk.
- Karena sebagai tuhan dan telah merasuk dalam jiwa maka mereka menegaskan dan mengkhususkan dengan terperinci satu per satu nama tuhan agar menyentuh hati mereka.
- Para penyeru dan ahli ibadah tersebut adalah kaum muslimin yang telah bodoh terhadap tauhid.
- Karena kebodohan mereka terhadap tauhid, mereka menganggap syirik sebagai ibadah dan dakwah tauhid yang dibawa oleh Nabi Nuh عليه السلام sebagai kebatilan. Alangkah miripnya orang-orang sekarang dengan orang-orang dahulu.
Sejarah selalu terulang. Oleh karenanya, pada zaman sekarang, kita mendengar dan melihat bahwa seseorang yang dikultuskan sebagai wali tatkala meninggal dunia maka nama dan kuburannya diperlakukan oleh umat Islam bagaikan patung Lata, Manat, dan ‘Uzza oleh Arab jahiliah, bagaikan kaum Nuh عليه السلام terhadap patung dan kuburan wali-wali tersebut di atas.
Demikianlah adanya asal-usul dari kesyirikan adalah sikap berlebihan (ghuluw) terhadap orang shaleh, maka bagaimanakah pula sikap orang sekarang yang mengkultuskan kuburan yang tak jelas kesholehannya?! Semoga kita terhindar dari syirik yang kita ketahui maupun yang tidak kita ketahui, amin…
Download: