Nama eBook: Do’a Nabi, Do’a Terbaik
Penulis: Ustadz Muhammad Nur Ichwan Muslim حفظه الله
Pengantar:
لحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على إمام المرسلين، نبينا محمد، وعلى آله وصحبه أجمعين، أما بعد
Sahabat yang mulia Al- Barra bin ‘Azib radhiallahu ‘anhu pernah diajari doa tidur oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan lafazh:
اَللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِى إِلَيْكَ ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِى إِلَيْكَ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِى إِلَيْكَ، رَهْبَةً وَرَغْبَةً إِلَيْكَ، لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلاَّ إِلَيْكَ، آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِى أَنْزَلْتَ، وَبِنَبِيِّكَ الَّذِى أَرْسَلْتَ
“Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu,menghadapkan wajahku kepada-Mu, menyerahkan semua urusanku kepada-Mu, menyandarkan punggungku kepada-Mu, karena mengharap dan takut kepada-Mu. Tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari ancaman-Mu kecuali kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab yang Engkau turunkan dan kepada nabi yang Engkau utus.”
Ketika Al Barra mencoba menghafal do’a di atas, beliau keliru dan mengganti lafadz ( نَبِيِّكَ ) dengan ( رَسُولِكَ ), nabi pun menegur dan mengoreksinya bahwa yang benar adalah lafadz ( نَبِيِّكَ ).
Imam Ibnu Hajar Al Asqalani asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan,
وأولى ما قيل في الحكمة في رده صلى الله عليه وسلم على من قال الرسول بدل النبي ان ألفاظ الأذكار توقيفية ولها خصائص وأسرار لا يدخلها القياس فتجب المحافظة على اللفظ الذي وردت به
“Hikmah yang paling utama dari tindakan penolakan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat yang mengucapkan lafadz rasul sebagai ganti lafadz nabi bahwasanya lafadz-lafadz dzikir adalah tauqifiyah (harus mengikuti dalil, ed) dan memiliki berbagai kekhususan dan rahasia yang tidak bisa diketahui oleh akal, sehingga wajib menggunakan berbagai lafadz do’a yang disyari’atkan (baca: terdapat dalam Al Quran dan sunnah).”
Maka para saudaraku seiman mari kita jadikan Rasulullah teladan dalam semua sisi kehidupan kita terutama dalam hal ibadah dan ‘DOA adalah IBADAH’, tinggalkan berbagai doa dan dzikir kreasi manusia yang cenderung akan salah dan menyimpang, benarlah perkataan Imam Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr Al-Qurthubi rahimahullah,
فَعَلَى الْإِنْسَانِ أَنْ يَسْتَعْمِلَ مَا فِي كِتَابِ اللهِ وَصَحِيْحِ السُّنَّةِ مِنَ الدُّعَاءِ وَيَدَعُ مَا سِوَاهُ وَلاَ يَقُوْلُ أَخْتَارُهُ كَذَا
“Seyogyanya seorang menggunakan do’a-do’a yang tercantum dalam Al Qur’an dan berbagai hadits yang shahih (valid berasal dari nabi-peny) serta meninggalkan berbagai do’a yang tidak bersumber dari keduanya. Janganlah ia mengatakan, “Saya telah memilih do’a [dan ini termasuk dzikir] sendiri (untuk diriku)”….